Oksigen Percepat Penyembuhan Luka
BANYAK di antara kita yang belum mengetahui betapa pentingnya oksigen untuk menyembuhkan jaringan tubuh yang rusak, baik di kulit, otot maupun tulang. Nah, HBOT merupakan salah satu cara guna mempertahankan oksigenasi jaringan yang kuat.
Terapi ini dilakukan melalui proses pemberian oksigen berkadar hampir 100 persen di ruangan bertekanan 2-3 atmosfer absolute (ATA).
"Terapi oksigen hiperbarik awalnya digunakan untuk penyelam dari sebuah kondisi berbahaya yang dikenal dengan penyakit pengurangan tekanan udara atau penyakit dekompresi yang terjadi karena gelembung gas nitrogen yang dapat mengarah pada kematian. Perawatan hiperbarik ini mengurangi efek negatif dari nitrogen," papar spesialis penyakit dalam RS Gading Pluit Jakarta, DR dr Suyanto Sidik SpPD, DR dr Suyanto Sidik SpPD .
Terapi oksigen memegang peranan penting dalam mempercepat proses penyembuhan pascaoperasi, memperbaiki kondisi medis, dan meningkatkan kesehatan individu secara keseluruhan. Secara klinis, tujuan utama pemberian oksigen adalah untuk mengatasi keadaan hipoksemia (kondisi kurang oksigen) sesuai hasil analisis gas darah, serta membantu penyembuhan luka akibat diabetes mellitus.
"Lebih jauh, HBOT dapat diterapkan pada orang yang keracunan gas, pasien luka bakar, luka kecelakaan, luka operasi untuk mempercepat penyembuhan, bahkan crash injury akibat gempa bumi," jelas Suyanto.
Selain luka, kerusakan jaringan akibat radiasi pada pasien tumor juga dapat diperbaiki dengan HBOT. Sebagai contoh, pada pasien tumor rahim, radiasi adakalanya juga ikut merusak jaringan sehat sehingga menimbulkan dampak seperti pada organ pencernaan, yang mana pasien mengalami buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) berdarah.
Manfaat HBOT tak berhenti sampai di situ. Terapi ini konon juga membantu mengobati gangguan seperti susah berkonsentrasi, peka, migrain, bahkan autisme.
Ketika disalurkan pada pasien, HBOT membawa perubahan baik. Antara lain melebarkan pembuluh darah, merangsang terbentuknya pembuluh darah atau jaringan baru, memperbaiki perkembangan fibroblas yang berperan penting dalam penyembuhan luka, menghentikan racun, serta meningkatkan antibodi alami tubuh. Sebelum melakukan terapi, pasien cukup menjalani beberapa pemeriksaan.
Menurut Suyanto, mereka yang tidak diperkenankan menjalani HBOT adalah pasien dengan kasus pneumotorak yang merupakan kontraindikasi absolut.
"Adapun pada ibu hamil itu hanya kontraindikasi relatif. Artinya tidak berbahaya, tapi kalau tidak ada keperluan, sebaiknya tidak usah dulu karena bagaimanapun ada kehidupan lain yang dibawa si ibu di dalam perutnya," saran dia.(Koran SI/Koran SI/nsa)
Berikan Komentar anda :
Posting Komentar