Analis UI: Iklan Mega panjang, SBY sombong, JK simpel
JAKARTA - Iklan para capres-cawapres memiliki karakternya masing-masing. Iklan Mega-Prabowo menyentuh rakyat namun kepanjangan. Iklan SBY-Boediono yang menganjurkan pilpres satu putaran dinilai somse alias sombong. Iklan JK-Wiranto simpel namun kurang mengena level bawah.
Demikian analisa komunikasi politik UI Effendy Ghazali, malam ini mengatakan. "Iklan Mega-Prabowo telalu panjang. Semuanya ada di situ. Harusnya lebih spesifik dan pendek-pendek. Misalnya kalau Anda pilih Mega Pro, maka akan dihapuskan UU Badan Hukum Pendidikan (BHP)," jelas Effendy.
Padahal, lanjut dia, iklan Mega-Prabowo memiliki isu yang sangat kuat menyentuh masyarakat bawah. Tapi karena terlalu panjang, malah tidak sampai ke memori masyarakat.
Sedangkan iklan SBY dan tim suksesnya yang mewacanakan pilpres satu putaran dinilai Effendy harus bekerja lebih keras lagi. Sebab kesan yang muncul dari iklan tersebut justru SBY mentang-mentang punya uang menjadi jumawa.
"Ini terkesan arogannya karena mempunyai segala-galanya, punya banyak iklan. Lebih baik satu putaran dicapai secara psikologis, bukan karena beriklan mengarahkan," anjur Effendy.
Sementara iklan JK-Wiranto dinilai simpel. Bahkan citra JK semakin membaik dan dipahami orang. Pada golongan B plus dan A mulai mengerti bahwa yang selama ini bekerja dalam pemerintahan adalah JK. Tapi ada kelemahannya. Kalau untuk golongan B, C, D, dan E tidak mengena.
"Masih ada 3 minggu lagi waktunya untuk membuat elektabilitas mereka semua naik. Bisa melalui iklan. Jadi 3 minggu ini sangat penting.
Demikian analisa komunikasi politik UI Effendy Ghazali, malam ini mengatakan. "Iklan Mega-Prabowo telalu panjang. Semuanya ada di situ. Harusnya lebih spesifik dan pendek-pendek. Misalnya kalau Anda pilih Mega Pro, maka akan dihapuskan UU Badan Hukum Pendidikan (BHP)," jelas Effendy.
Padahal, lanjut dia, iklan Mega-Prabowo memiliki isu yang sangat kuat menyentuh masyarakat bawah. Tapi karena terlalu panjang, malah tidak sampai ke memori masyarakat.
Sedangkan iklan SBY dan tim suksesnya yang mewacanakan pilpres satu putaran dinilai Effendy harus bekerja lebih keras lagi. Sebab kesan yang muncul dari iklan tersebut justru SBY mentang-mentang punya uang menjadi jumawa.
"Ini terkesan arogannya karena mempunyai segala-galanya, punya banyak iklan. Lebih baik satu putaran dicapai secara psikologis, bukan karena beriklan mengarahkan," anjur Effendy.
Sementara iklan JK-Wiranto dinilai simpel. Bahkan citra JK semakin membaik dan dipahami orang. Pada golongan B plus dan A mulai mengerti bahwa yang selama ini bekerja dalam pemerintahan adalah JK. Tapi ada kelemahannya. Kalau untuk golongan B, C, D, dan E tidak mengena.
"Masih ada 3 minggu lagi waktunya untuk membuat elektabilitas mereka semua naik. Bisa melalui iklan. Jadi 3 minggu ini sangat penting.
Berikan Komentar anda :
Posting Komentar