Sejarah Taman Eden
Kisah Taman Eden ditulis dalam Kitab Kejadian pasal 1 dan 2. Sejarah ini ditulis oleh nabi Musa ketika Ia memimpin bangsa Israel dipadang gurun selama kurang lebih 40 tahun. Musa banyak mendapat pengetahuan dari seorang Malaikat yang diutus Tuhan selama perjalanannya menuju Tanah Perjanjian (Kel 33:2).
Ringkasnya, setelah Allah ‘menciptakan 1 langit dan bumi selama ‘enam hari’, Allah membuat taman di Eden, disebelah timur. Didalam taman Eden Allah tempatkan manusia dan menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari seluruh bumi, yang menarik dan yang baik dimakan buahnya; dan pohon kehidupan ditengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat (Kej 2:8-9). Tetapi akibat pelanggaran manusia pertama, maka Allah mengusir / mengembalikan manusia itu ketempat dimana ia dibentuk dari debu tanah. Kemudian Allah meletakkan beberapa kerub (malaikat Allah) dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar agar manusia tidak memetik buah dari pohon kehidupan (Kej 3:23-24).
Taman Eden itu hilang dan tidak tahu dimana keberadaannya karena ayat-ayat sebelum Kej 3:24, nabi Musa tidak menulis secara lengkap dimana tempat pembuatan manusia, siapa sebenarnya nama manusia itu, dimana disebelah timur itu dan dimana Allah meletakkan kerub dengan pedang yang menyala-nyala dan menyambar-nyambar. Sedangkan ayat-ayat setelah Allah mengusir manusia dari taman Eden, nabi Musa menulis dengan jelas siapa nama manusia itu, tempat dimana mereka hidup dan seterusnya. Apakah ini merupakan bagian dari rencana Allah untuk menyembunyikan taman Eden?
Banyak orang meyakini bahwa nama manusia yang dibentuk dari debu tanah pada Kej 2:7 adalah Adam dan termasuk Agus Miradi, penulis buku SIAPAKAH MANUSIA PERTAMA ITU mengatakan manusia pertama tersebut bernama Adam dan ia dibentuk dengan tanah liat disekitar wilayah Iraq 3. Akan tetapi pernyataan ini tidak bisa dianggap benar dan masih perlu diteliti, sebab dalam Kej 2 dan 3, nabi Musa tidak menyebut nama Adam sebagai manusia yang dibentuk dengan tanah, tetapi hanya menulis ‘manusia itu’. Sementara nama Adam baru muncul setelah TUHAN Allah mengusir manusia itu dari taman Eden atau setelah peristiwa pembunuhan Habel oleh kakaknya Kain (Kej 4:25). Ada keraguan tentang nama manusia pertama, sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Karena Alkitab sebagai buku yang diilhami Allah, tidak mungkin nabi Musa menempatkan kata secara sembarangan. Oleh karena itu pengertian ‘manusia itu’ tidak harus selalu disamakan dengan ‘Adam’ sebagai manusia pertama.
Pernyataan ini didukung oleh banyak ahli, termasuk kaum Sufi asal Persia. Mereka berpendapat, Adam bukan manusia pertama dan masih ada Adam-Adam lain yang sudah diciptakan jauh sebelum itu, yaitu termasuk diantaranya manusia purba sebagaimana yang diyakini Agus Miradi diatas. Sebut saja Muhyiddin Ibnu Arabi, seorang sufi besar pernah mengatakan bahwa ada sabda Rasulullah yang antara lain mengatakan ‘Allah telah menjadikan tidak kurang dari seratus ribu Adam’ (Futuhat Makkiya, II, hal. 607 3. Oleh karena itu kemungkinan besar Adam yang dimaksud Alkitab dan Alquran selama ini adalah moyangnya bangsa Israel yang ditulis oleh Nabi Musa. Sementara nama sebenarnya dari manusia pertama yang ditempatkan dalam taman Eden menjadi misterius sejalan dengan hilangnya taman Eden.
Selain kurang jelasnya nama manusia pertama yang memiliki roh itu, Alkitab juga tidak menjelaskan dimana letak taman Eden disebelah timur itu (Kej 2:8-9). Apakah disekitar sungai Pison yang mengalir ke seluruh daerah Hawila atau disekitar sungai Gihon yang mengelilingi tanah Kusy, atau sungai Tigris yang mengalir kesebelah timur Asyur dan atau dipinggiran sungai Efrat – ataukah didaerah timur lain di dunia?
Penyelidikan akhir-akhir ini telah membuktikan bahwa taman Eden itu terletak di Babil, Iraq atau Assyria (Enc. Brit. Pada “Ur”). Tetapi pertanyaannya adalah, apakah disekitar Iraq orang pernah mengatakan atau paling tidak membuktikan bahwa inilah pohon kehidupan yang disembunyikan oleh Allah dan dijaga oleh kerub yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar untuk menjaga jalan ke Taman Eden? Ataukah dalam sejarah Persia, orang pernah membuktikan bahwa inilah ‘pairidaeza’ (taman berpagar) dari Persia kuno atau ‘Hadiqah al-Haqiqah’ (Taman Kebenaran Berdinding) seperti yang dimaksud pujangga sufi terbesar Persia, Abu Al-Majd Majdud Ibn Adam Sana’i dalam karya mistis yang paling terkenal itu? Jawabannya, tidak ada. Para ahli – walaupun pernah meneliti akan hal itu, namun tidak ada jawaban pasti yang hampir sama dengan kisah Taman Eden dalam Alkitab.
Taman Firdaus yang hilang itu perlu diteliti di Papua, daerah dimana burung Cendrawasih berada. Sebab salah satu pengertian dari ‘pairidaeza’ dari bahasa Persia kuno yang kemudian dalam kata Inggris menjadi ‘paradise’ adalah Cendrawasih.
Berikan Komentar anda :
Posting Komentar