Jangan Anggap Enteng Nyeri Saat Haid
Jangan Anggap Enteng Nyeri Saat Haid
Nyeri saat haid tidak boleh dianggap sepele, karena mungkin saja gejala endometriosis bisa mempersulit wanita untuk hamil. Konsumsi obat-obat bebas mesti diwaspasai karena cuma nyeri yang hilang, bukan penyakitnya.
Hal ini dikatakan spesialis kebidanan Dan kandungan dr Ali Baziad pada seminar kesehatan wanita bertema "Nyeri Haid Dan Endometriosis," yang diadakan Rumah Sakit Pondok Indah di Jakarta, sabtu.
Ia menjelaskan semua haid menimbulkan nyeri. Namun yang tidak normal, ucapnya, nyeri itu muncul menjelang menstruasi Dan semakin hebat saat haid pertama maupun kedua.
"Apalagi, bila sampai pusing, muntah, mual, diare, melilit dan nyeri kepala," lanjut Ali. Akibatnya, kata dia, mereka tidak dapat sekolah, bekerja atau melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Dari gangguan tersebut, ia menduga sebanyak 90% penderita mengalami endometriosis akibat kadar hormon progresteron yang rendah, sebaiknya prostaglandin menjadi tinggi.
Hanya disayangkan, kaum wanita di Indonesia lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran Dan sudah cukup lega pada hasilnya.
Bahkan, pihaknya melihat anggapan salah di masyarakat bahwa nyeri ini dapat hilang dengan sendirinya apabila wanita yang bersangkutan kawin, sehingga mereka membiarkan gangguan itu.
Berdasarkan survei terhadap pelajar dari lima sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), di Jakarta, pada 2002, Ali mengungkapkan sedikit sekali di antara mereka yang berobat ke dokter.
Padahal, ia menilai, obat-obat penghilang nyeri tidak mempengaruhi pertumbuhan endometriosis meskipun nyerinya hilang,. "Malah dalam jangka panjang, berdampak buruk ke ginjal dan lever."
Endometriosis merupakan masalah bagi wanita karena penderita terganggu dengan nyeri yang selalu muncul tiap haid, selain menurunkan kemampuan mereka untuk hamil.
Nyeri saat haid tidak boleh dianggap sepele, karena mungkin saja gejala endometriosis bisa mempersulit wanita untuk hamil. Konsumsi obat-obat bebas mesti diwaspasai karena cuma nyeri yang hilang, bukan penyakitnya.
Hal ini dikatakan spesialis kebidanan Dan kandungan dr Ali Baziad pada seminar kesehatan wanita bertema "Nyeri Haid Dan Endometriosis," yang diadakan Rumah Sakit Pondok Indah di Jakarta, sabtu.
Ia menjelaskan semua haid menimbulkan nyeri. Namun yang tidak normal, ucapnya, nyeri itu muncul menjelang menstruasi Dan semakin hebat saat haid pertama maupun kedua.
"Apalagi, bila sampai pusing, muntah, mual, diare, melilit dan nyeri kepala," lanjut Ali. Akibatnya, kata dia, mereka tidak dapat sekolah, bekerja atau melakukan kegiatan sehari-hari lainnya.
Dari gangguan tersebut, ia menduga sebanyak 90% penderita mengalami endometriosis akibat kadar hormon progresteron yang rendah, sebaiknya prostaglandin menjadi tinggi.
Hanya disayangkan, kaum wanita di Indonesia lebih banyak mengatasinya dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri yang beredar di pasaran Dan sudah cukup lega pada hasilnya.
Bahkan, pihaknya melihat anggapan salah di masyarakat bahwa nyeri ini dapat hilang dengan sendirinya apabila wanita yang bersangkutan kawin, sehingga mereka membiarkan gangguan itu.
Berdasarkan survei terhadap pelajar dari lima sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), di Jakarta, pada 2002, Ali mengungkapkan sedikit sekali di antara mereka yang berobat ke dokter.
Padahal, ia menilai, obat-obat penghilang nyeri tidak mempengaruhi pertumbuhan endometriosis meskipun nyerinya hilang,. "Malah dalam jangka panjang, berdampak buruk ke ginjal dan lever."
Endometriosis merupakan masalah bagi wanita karena penderita terganggu dengan nyeri yang selalu muncul tiap haid, selain menurunkan kemampuan mereka untuk hamil.
Posting Komentar